Majelis Sastra Riau Gelar Bincang Sastra Bersama Datok Rida
PEKANBARU (SP) – Jumat sore (2/2) bertempat di salah satu anjungan di Bandarserai Purna MTQ Pekanbaru pecinta seni dan sastra berkumpul dan berhimpun pepat untuk sama-sama membincangkan proses kreatif menulis novel sejarah.
Helat santai ini diciptakan sebagai ruang bagi penulis-penulis muda untuk terus menggali dan mendalami ruang kreatif sastra dari penulis-penulis senior yang tergabung dalam Majelis Sastra Riau. Dalam hal ini, Datok Rida menjadi salah satu narasumber yang menjadi pemantik materi proses kreatifitasnya dalam menuliskan novel-novelnya yang berbasis sejarah.
Dalam bentangan powerpoint, Datok menyampaikan bahwa “Apa masalah terbesar novel sejarah ? Bisa menimbulkan luka sejarah baru karena selalu masih ada pihak pihak yang sulit menerima novel sejarah sebagai karya fiksi, sebagai karya sastera. Bingkai pemikiran sementara pihak sudah dipaku oleh anggapan, semua karya yang berlatar sejarah, adalah sebuah sejarah. Pemikiran yang sudah berakar sejak zaman syair dan hikayat. Penafsiran atau pembelokan peran seorang tokoh sejarah dalam sebuah novel, selalu menimbulkan perlawanan. Tokoh sejarah selalu dianggap tanpa cela, apalagi kalau sudah dinobatkan sebagai pahlawan . Tak boleh diutak atik, apalagi ditafsir ulang, meskipun sudah melewati 100 tahun dan ditemukan catatan dan dekumen kesejarahan yang baru. Peristiwa dan keberadaan tokoh tokoh sejarah itu sudah menjadi sesuatu yang purbakala dan suci. Sudah seperti istana yang pernah dibangunnya, tesergam dan semua cerita terperam di sana.”
Diskusi sastra ini menjadi jembatan bagi penulis-penulis muda dan penulis senior berbagi tips dan trik dalam meramu kreativitas sastra. Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain, Fakhrunnas Ma Jabbar, Kazzaini, Moestamir, Bambang Kariyawan, Fedli Azis, Kunni Masrohati, Siti Salmah, Sulong, Murparsaulian, Rian Harahap, Ali Imran, Nurdiana, Beny Riau, Zuarman Ahmad, WS Jambak, Sr Wardani dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Muhammad Asqalani sebagai moderator cukup lincah memainkan pancingan-pancingan kepada Datok Rida untuk mau memberikan paparan-paparan bernas untuk sastra Riau kedepannya. Majelis Sastra Riau akan kembali mengadakan diskusi-diskusi ringan seperti ini untuk menciptakan kembali ruang-ruang diskusi kreativitas. (*)