Puisi Imas Mulyati | TATAH CIKURAY, GAUNG RINDU SANG LELUHUR

TATAH CIKURAY, GAUNG RINDU SANG LELUHUR
Oleh: Imas Mulyati
Di lereng Gunung Cikuray,
kupijak sunyi yang purba.
Sepoi angin suarakan pesan moyang
yang jatuh cinta pada tanah pusaka.
Batu-batu memahat tubuh kakunya
sebagai epigraf.
Tatah Cikuray bukan ukir semata.
Doa panjang para leluhur terpampang nyata.
Petuah indah terpendam di balik kabut.
Rindunya terlukis syahdu di senyap sabur.
Di puncak Cikuray, embun adalah tarum;
menitik perlahan di rumput-rumput murung,
menulis traktat dari hari ke hari
tentang cinta terukir dalam prasasti.
Kupungut satu retakan batu.
Kulipat dalam dada, kubaca dengan senyum.
Ada pesan menusuk lubuk,
Jangan hanya kenang, tapi hayati
karena adat bukanlah museum,
melainkan penentu hidup dan mati..
Bandung, 3 Mei 2025
Imas Mulyati. Kelahiran Garut, 25 Mei 1971 adalah seorang Pengawas SMA pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Latar belakang pendidikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung mengantarkannya pada hobi menulis. Karya tunggalnya adalah Untukmu Negeriku, Catatan Cinta Rakyat Jelata (kumpulan esai pendidikan); 2025; Gejolak Rasa, ISBN: 978-623-7837-75-6; 2024; Amorphophallus ISBN: 978-623-7837-81-7; 2024; dan Fenomena Bahasa Indonesia: Permasalahan, Pembelajaran, Penilaian, dan Pendeteksian Kecurangan dalam Ujian, ISBN: 978-602-60391-9-4; 2017. Tergabung dalam komunitas penulis: ASIAN WOMEN WRITERS ASSOCIATION (AWWA), Media Guru Indonesia, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), Berita Disdik Jawa Barat, Jendela Puspita Indonesia, Asqa Imagination School (AIS #56), dan komunitas lainnya. Telah memperoleh 4 penghargaan kepenulisan: Parasamya Susastra Nugraha 2024, Parasamya Suratma Nugraha 2024, Parasamya Susastra Nugraha 2023, dan Parasamya Suratma Nugraha 2023. IG: @imasmulyati_25