Bahas ILPN dan Kearifan Lokal Melayu Riau, Perpusnas Press dan Rumah Kreatif eSCeWe Gelar Bincang Inkubator Literasi #1
PEKANBARU (SP) – Perpusnas Press berkolaborasi dengan Rumah Kreatif eSCeWe yang ada di Pekanbaru, Riau menggelar Bincang Inkubator Literasi #1 dengan mengangkat tema ILPN dan Kearifan Lokal Melayu Riau, Minggu (9/6/2024).
Dalam kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini, hadir sebagai pemantik Edi Wiyono yang merupakan Pemimpin Redaksi Perpusnas Press, dan sebagai pembicara Windi Syahrian Djambak dan Maya Fasindah, keduanya merupakan Penulis ILPN Provinsi Riau dan dimoderatori oleh Siti Salmah, Host ILPN Provinsi Riau.
Edi Wiyono dalam pejelasan singkatnya mengatakan hadirnya Inkubator Literasi Pustaka Nasional (IPLN) telah memberikan dampak baik secara personal kepada penulis maupun untuk masyarakat. Dampak berkelanjutan dapat dirasakan penulis setelah mengikuti proses inkubasi yang diterapkan dalam kegiatan ILPN.
Kegiatan inkubator literasi ini akan melahirkan buku-buku baru dan penulis baru yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu indikator keberhasilan program adalah keberlanjutan.
“Makanya kita tidak ingin berhenti sampai di sini, kita berharap penulis-penulis ini tetap terus berkarya dan mampu melahirkan karya atau buku-buku lainnya,” harapnya.
Sementara itu, Host ILPN Provinsi Riau yang juga Founder Rumah Kreatif eSCeWe, Siti Salmah juga sangat mengapresiasi kegiatan ILPN ini, menurutnya ini sangat baik sekali erutama dalam upaya mendorong lahirnya penulis-penulis baru khususnya di Riau.
“Peserta ILPN Riau tahun 2023 itu hadir dari berbagai latar belakang, ada jurnalis, ASN, sastrawan, guru dan lainnya, mereka juga sangat antusias, ada yg memang sudah terbiasa menulis esai ada juga yang masih awam, dengan proses inkubasi yang dilakukan dalam program ILPN ini, mereka pun sudah mampu membuat sebuah karya esai yang baik,” ujarnya.
Siti Salmah memberikan penghargaan yang tinggi bagi Perpusnas ataupun Perpusnas Press yang sudah membidani lahirnya program ini dan dia berharap ini bisa dipertahankan.
Di sisi lain, Windi Syahrian Djambak yang hadir sebagai pembicara dalam paparannya mengulas kembali tema yang diangkat dalam penulisan ILPN 2023 lalu yaitu Digimodernisme Konservasi Terubuk. Esai ini pula yang membawanya menjuarai ILPN Riau 2023 lalu .
“Kenapa Harus Terubuk? dari dimensi politik terubuk menjadi ikon Kabupaten Bengkalis dan memiliki kaitan sejarah dengan Kerajaan Johor dan Siak. Dari dimensi ekonomi terubuk bernilai ekonomis tinggi dan menjadi komoditas dagang utama Kerajaan Siak: Bukit Batu, Bengkalis dan Sungai Apit. Sementara dari dari dimensi budaya memiliki kaitan budaya melalui kisah ikan terubuk yang berkembang melalui berbagai cerita rakyat,” ujarnya.
WS Djambak juga mengulas soal adanya mitos tentang ikan terubuk, antara komoditas dan realitas. Mitos: dipercaya tidak akan punah, ikan sakti, dikaitkan juga dengan legenda Tasik Putri Puyu, terdapat hubungan khusus dngan Datuk Laksmana Raja di laut. Sementara Realitasnya ikan yang berkembang biak di wilayah kabupaten Bengkalis ini terancam punah, kini dilindungi Kepmen KP no 592011, penurunan jumlah populasi dari tahun ke tahun, komoditas utama kerajaan siak pada masa itu.
“Harga ikan terubuk bertelur bias mecapai Rp1 juta per ekor. Namun pada kenyataannya populasi ikan terubuk setiap tahunnya semakin menurun. Untuk mengatasi hal itu diperlukan pendekatan melalui kearifan lokal, pengembangan cerita rakyat, penjualan souvenir, dan membuat teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) untuk menghasilkan pengalaman bermain game,” ujarnya.
Dia menyebut ada banyak kearifan lokal di Riau yang bisa dijadikan tema tulisan yang menarik, dan melalui ILPN itu, penulis-penulis di Riau bisa memanfaatkan momen tersebut untuk bisa berkarya dengan mengangkat tema kearifan lokal Melayu Riau khususnya.
Sementara itu, pembicara diskusi lainnya, Maya Fasindah lebih menekankan kepada proses kreatif khususnya dalam menulis esai, terutama bagi para penulis pemula.
“Pengalaman saya pribadi biasanya kalau ada lomba penulisan, biasakan baca dari awal hingga akhir, print juknis, tandai bagian-bagian penting, bila perlu catat kembali agar tidak lupa, tempelkan di dinding laptop atau meja kerja.”
Kemudian cari informasi atau bertanya pada penulis esai, kira-kira judul apa yang menarik, apa saja kesalahan para penulis sehingga bisa menggugurkan naskah pada tahap penilaian, terutama penulis pemula, harus mencari tahu, bergabung dalam komunitas menulis.
“Ikuti media sosial juri atau para pemenang lomba: Biasanya para juri atau pemenang lomba sering berbagi ilmu tentang kepenulisan, jika ide sudah muncul lanjut persiapan naskah. Siapkan syarat kelengkapan naskah satu persatu, persiapkan juga syarat yang diminta seperti surat keaslian naskah, dan kalau sudah berusaha jangan lupa berdoa.”
Selanjutnya, dalam proses penulisan esai, kata Maya penting melakukan penyesuai tema, kemudian memilih judul yang menarik, mengumpulkan referensi, melakukan wawancara untuk menguatkan naskah. Jika naskah sudah selesai, lakukan swasunting, cek juga plagiasi dan yang terpenting jangan mengumpulkan naskah saat mendekati deadline. (*)