Buku I SAs S’ru pA I Dantjes Moeis
Bersebatinya Imajinasi Rupa dan Kata-Kata
Oleh: Dr. Bambang Kariyawan Ys., M.Pd.
Pelukis dan penulis, dua profesi yang berbeda dengan wujud karya yang berbeda. Pelukis menuangkan imajinasi di atas kanvas, sedang penulis lewat selembar kertas maka imajinasi itu terangkai. Manakah yang lebih mahal karyanya diapresiasi? Apakah pelukis dengan hasil lelangan karya atau penulis dengan peluncuran buku terbitannya? Terlepas dari mana yang lebih diapresiasi di tengah masyarakat kita, namun bila dua profesi ini menyatu dalam diri seseorang, maka suatu anugerah yang telah Allah titipkan pada orang tersebut. Salah satunya adalah Dantje S Moeis. Beliau telah dikenal sebagai salah satu maestero perupa Riau yang sastrawan. Penghargaan budaya telah banyak dicapainya.
Buku ini hadir berupa Puisi, Prosa, dan Rupa menjadi satu dalam antologi. Menggabungkan tiga jenis karya sebagai bentuk kreatifitas dalam mendokumentasikan. Melalui buku ini penulis menawarkan puisi yang terasa renyah untuk dinikmati dan dimaknai. Memiliki pola dan identitas dalam strukturnya.
la corda, pola puisi bersayap ini memberikan daya tarik dengan permainan kata yang terus berkembang menuju pada satu titik jawaban pada bagian akhirnya. Puisi ini menunjukkan kepiawaian penulis merancang puisi ini berkembang liar dengan menjaga pilihan kata.
“dikebat tali
Tak berpangkal
Berujung di mana
Ke hati kami berdua
Ku kau, jadi kami
Menikah lalu erat
Dikebat
La corda
Laki-bini”
Penulis takkan pernah melewatkan lintasan momen peristiwa sebagai ide tulisan. Bencana virus corona di muka bumi kita tercatat dengan rapi dalam energi berkaryanya. Nuwang (Ratu dari Timur) berbincang tentang corona dengan permainan katanya menjadikan khas dari tangan penulis.
“Corona …
Sampai bila mengorak
Mengibas
Selendang sutera merah
Merenjis air berbisa darinya
Atau tamat, hingga dunia ini tiba
Pada perhentian akhirnya …”
Mirabeau dan Inderagiri puisi sejarah tentang kampung halaman yang dapat menjadi bahan sejarah melalui pendekatan imajinasi sejarahnya. Bagi pemerhati sejarah puisi-puisi seperti ini akan menjadi bahan kajian sejarah menarik untuk diteruskan dalam pendekatan imajinasi sejarah melalui karya sastra. Ada peristiwa apa pada tanggal 5 Januari 1949? Menarik dilanjutkan oleh para pemerhati sejarah ketika mendekatkan fiksi sebagai salah satu bahan interprestasi dari sebuah peristiwa.
“luka hati kami
Lima januari jejak tahun petaka
Satu sembilan empat sembilan
Hingga azan subuh tiba, dan …
Bunyi ketuk-ketuk tanda
Usai tugas para peronda
Hari itu lalu dan pergi,
Aku tinggal diam bila? …”
Prosa dalam hal ini salah satu cerpennya “Amadeo (si Uomo Onesto)” bila ditelisik secara mendalam sebenar cerpen yang ditulis oleh mereka yang telah mengunyah asam garam sampai level tertinggi dalam berkarya. Cerpen yang dibalut lintas benua, penokohan kuat pada lelaki jujur, refleksi pada kehidupan sebagai sebuah pesan, dan ending twist yang tak disangka. Dengan menyinggung teori sosiologi sastra bahwa hal-hal yang melatarbelakangi penulis akan mempengaruhi karya yang dihasilkannya. Penulis menawarkan secara sengaja atau tidak sengaja berupa sentilan latar belakangnya dalam cerpen ini.
“Para penulis atau seniman, setiap hari berfikir kiat membajak atau memplagiat karya orang lain dan kemudian menjualnya, atau memproyeksikannya di departemen pemerintah terkait, walau mendapat upah 30 persen dari nilai yang tercantum dalam laporan anggaran biaya terlaksana Satuan Kerja Dinas pemerintah terkait.”
Seni rupa berjudul “berita dari rapat raksasa” hadir dengan simbol dan makna yang kuat. Imajinasi tak berbatas sangat diperlukan untuk menuangkan tema dalam bentuk visual. Mengamati karya-karya seni rupanya seperti melihat berbagai kisah kehidupan. Terbersit rindu melihat karya-karya seni rupanya menghiasi ilustrasi cerita pendek di halaman budaya koran hari Ahad. Antisipasi ingatan kita akan karya seni rupa beliau perlu segera dialihwahanakan dalam bentuk format digital agar dapat dinikmati khalayak. Tentunya akan bernilai budaya serta ekonomis.
Memadukan tiga ragam kreatifitas itu memerlukan keluasan dan keliaran dalam berimajinasi. Di sinilah letak “keajaiban” dalam dunia kreatifitas dalam berkarya. Tahniah untuk maestero kita Dantje S Moeis.
Pekanbaru, 8 Oktober 2022