Catatan I Fabian Aurelio I Sampah dan Masa Depan Kita
Sampah dan Masa Depan Kita
Persoalan sampah belakangan ini jadi perhatian serius terutama di Kota Pekanbaru. Kota yang tadinya terkenal dengan kebersihannya dan mampu meraih Adipura setiap tahunnya, kini tak lagi sama. Adipura sulit diraih, kotanya pun tak sebersih dulu.
Dengan jumlah penduduk Kota Pekanbaru sekitar 1,1 juta jiwa pada tahun 2019 lalu, wajar kalau produksi sampah di kota ini sangat banyak, apalagi tak semua warga yang sadar akan kebersihan.
Berdasarkan data Pemerintah Kota Pekanbaru, produksi sampah perhari mencapai 867,1 ton sedangkan yang dapat dipilah hanya 31,23 ton, cukup banyak sekali bukan.
Pengelolaan TPA mendapat kan 800 ton perhari dan luas TPA hanya 5 hektar, jika dibiarkan begitu saja TPA akan penuh dalam 5 tahun lagi dan harus mencari lahan baru untuk TPA baru.
Namun kini, dengan gagalnya meraih Adipura, pengelolaan sampah di Pekanbaru sedikit demi sedikit mengalami perbaikan. Terpantau sampah semakin hari semakin berkurang dan persentase sampah di Pekanbaru sekitar 94,68% yang terkelola dan 5,32% tidak terkelola.
Semoga dengan pengelolaan sampah yang semakin baik, kota ini kembali bersih. Warga kota bisa semakin nyaman dan hidup sehat demikian juga dengan tamu yang datang juga bisa merasa betah berlama-lama menikmati bumi Lancang Kuning.
Berbeda daerah tentu berbeda pula cara dan penanganan sampahnya, pasti itu. Suatu waktu aku pernah ke Desa Buluh Cina, Kabupaten Kampar, Riau. Letaknya tak jauh dari Kota Pekanbaru. Aku pergi berlibur bersama keluarga, berkemah, berbaur dengan alam dan kami memilih tempat di pinggir sungai Kampar.
Pada malam hari udara tidak terlalu dingin, kata Ibuku, udara tidak dingin disebabkan banyaknya pohon sawit. Oh iya,Teman, sawit itu penyumbang panas dan banjir paling besar di samping sampah. Sebab sawit memiliki akar serabut dan memerlukan air minum yang banyak. Maka dari itu, sungai di Buluh Cina dangkal, keruh dan berbau amis. Jika hujan lebat sungainya meluap, akibat dari banyaknya kebun sawit. Dan pohon sawit tidak bisa menghisap banyak air hujan disebabkan akar serabutnya.
Di sekitar tenda kami banyak petani mengembala sapi dan kerbau, aku melihat kerbau makan sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung sebelumnya. Memprihatinkan bukan? Padahal alam Buluh Cina sangat Indah ditambah lagi keramahan masyarakatnya.
Melihat air sungai yang mengalir tidak terlalu deras memancing keinginanku untuk mandi menyegarkan tubuh. Dengan tergesa-gesa melepaskan pakaian dan berlari ke arah sungai yang telah kutentukan sebelumnya, sepanjang jalan menuju tepian sungai banyak sekali sampah dan kotoran kerbau yang berserakan. Keinginan untuk mandi di sungai sontak hilang seketika. Aku melihat sungai yang tercemar karena sampah dan kotoran hewan.
Kawan jika kalian berkunjung kalian juga akan menemukan aneka macam sampah, mulai dari bungkusan minyak goreng, minuman ringan dan lainnya. Aku sangat sedih sekali, mengapa sungai yang dikirikanannya dikelilingi pasir putih harus rusak dan tercemar padahal banyak makhluk hidup di sungai ini.
Aku mengajak adik dan keluargaku mengumpulkan sampah-sampah tersebut dan menaruhnya di pinggir sungai kemudian dibakar. Aku berharap dari cerita ini teman-teman bisa mengikuti langkahku.
Untuk menghindari penumpukan sampah kita harus melakukan gerakan COP yaitu (CEGAH, OLAH, Dan PILAH) caranya mencegah diri kita atau orang lain membuang sampah sembarangan di manapun berada, lalu memilah sampah seperti sampah organik dan non organik.
Lalu cara terakhir adalah mengolah sampah tersebut menjadi kerajinan tangan. seperti botol plastik yang bisa jadi pot bunga kecil, tusuk sate dan tusuk es krim bisa menjadi hiasan dinding dan karya seni yang bagus lainnya.
kawan, dampak negatif dari sampah tentu mempengaruhi iklim sebab sampah mengeluarkan gas metana yang membuat bumi panas. Jika semua orang mau bersusah payah mengurangi sampah maka bumi dan masa depan kita akan terselamatkan. (*)
Fabian Aurelio Mukhtar, lahir di Pekanbaru 26 April 2011. Siswa MTSN 1 Pekanbaru kelas VII. Ia merupakan penulis buku kumpulan cerpen Ruang Rahasia Nenek penerbit salmah Publishing (2022) dan kumpulan cerpen Berpetualang di Negeri Imajinasi sedang proses penerbitan. tinggal di Pekanbaru. IG Fabian Aurelio Mukhtar.