Komunitas Literasi SCW Gelar Pelatihan Menulis Lanjutan, Bahas Pentingnya Swasunting
PEKANBARU (SP) – Proses menyunting atau mengedit adalah salah satu tahapan yang paling krusial sebelum tulisan diterbitkan. Biasanya, proses menyunting memang dikerjakan oleh seorang editor atau penyunting.
Nah, pentingnya proses editing inilah yang menjadi dasar Komunitas Literasi Salmah Creativ Writing (SCW) menggelar kegiatan pelatihan lanjutan dengan mengambil bahasannya “Swasunting”, Sabtu (3/9/2022) di Rumah Baca SCW dengan menghadirkan Dr. Bambang Kariyawan, Ys, M.Pd, sastrawan yang memang tunak dalam bidang ini.
Founder Komunitas Literasi SCW, Siti Salmah, kepada media ini mengatakan proses editing atau yang dibiasanya juga dikenal dengan istilah swasunting adalah materi lanjutan dari pelatihan menulis yang ditaja Komunitas Literasi SCW dalam beberapa pekan terakhir.
“Menurut kami ini sangat penting bagi kawan-kawan yang tengah menyiapkan bahan-bahan karya yang nanti akan diterbitkan,” ujarnya.
Dia berharap, materi yang disampaikan oleh narasumber bisa diterima dengan baik dan dipraktikkan dalam proses menulis nantinya.
Sementara itu, Bambang Kariyawan menjelaskan kalau swasunting memiliki peran penting karena dia adalah wajah akhir dari sebuah karya yang akan diterbitkan dalam sebuah buku atau dipublikasikan di media lain.
“Ide sebagus apapun, tapi ketika tampilannya gak bagus dari segi legalistas, isi dan bentuk, dan tidak dilaksanakan swasunting, maka karya yang bagus tadi menjadi rendah kualitasnya,” ujar Bambang.
Secara prinsip katanya swasunting merupakan proses mandiri yang dilakukan oleh penulis untuk memperbaiki karya tulisnya. Dengan melakukan swasunting, kita sebagai penulis berupaya meminimalkan kesalahan yang terdapat dalam tulisan sendiri.
“Boleh menggunakan jasa orang lain yang lebih berpengalaman, tapi yang terbaik melakukan swasunting adalah penulisnya langsung,” sarannya.
Untuk itu, dia menyarankan kepada penulis untuk tidak buru-buru dalam menerbitkan sebuah karya, akan lebih baik dilakukan secara sabar dan melakukan swasunting.
“Karena kalau sudah terbit dan dicetak dalam sebuah buka, kebanyakan orang lebih suka melihat yang salahnya ketimbang yang betulnya,” lanjut Bambang.
“Kalau mau bagus bisa memilih penerbit yang menyediakan jasa editor, tapi penulis akan dikenakan biaya lebih,” tutupnya. (*)