Perpusnas Press dan Rumah Kreatif eSCeWe kembali Gelar Bincang Inkubator Literasi #2

PEKANBARU (SP) – Diskusi pascainkubasi kembali digelar oleh Perpusnas Press berkolaborasi dengan Rumah Kreatif eSCeWe yang ada di Pekanbaru, Bincang Inkubator Literasi #2 dengan masih mengangkat tema sama yaitu ILPN dan Kearifan Lokal Melayu Riau.

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring pada Minggu (30/6/2024) ini, hadir sebagai pemantik Edi Wiyono yang merupakan Pemimpin Redaksi Perpusnas Press, dan Siti Salmah, Host ILPN Provinsi Riau dan sebagai pembicara yaitu Rian Harahap, Riki Utomi dan Ridwan Syafi’i Ali, ketiganya merupakan Penulis ILPN Provinsi Riau dan dimoderatori oleh Windi Syahrian Djambak yang juga penulis ILPN Provinsi Riau.

Edi Wiyono dalam penjelasan saat membuka acara diskusi mengatakan kalau kegiatan ini adalah yang kedua pasca kegiatan ILPN atau pasca inkubasi, dia berharap akan ada diskusi-diskusi lanjutannya setalah ini.

“Artinya apa, kita tidak ingin ILPN itu berakhir begitu saja, ILPN itu hanya perantara, kita ingin agar konten yang ditulis dalam bukan Bakaroh bisa didiskusikan lebih lanjut, terus dieksplori lagi, karena kami percaya bahwa kapasitas dan knowledge yang penulis-penulis ILPN miliki tidak sebatas apa yang ditulis dalam buku itu tapi lebih banyak lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Edi Wiyono berharap kegiatan ILPN ini tidak hanya bermanfaat bagi para pesertanya saja, tapi juga bagi masyarakat luas, dia berharap agar kegiatan ini kedepannya bisa melibatkan lebih banyak akar rumput.

“Saya yakin banyak hal yang bisa kita perbuat, apalagi Riau dengan segala potensi yang dimilikinya, kerja-kerja literasi dan kolaborasi ini harus kita gaungkan terus,” ajaknya.

Edi Wiyono menegaskan kalau Perpusnas saat membuka diri bagi siapa saja yang yang ingin bermitra, bekerja sama, berkolaborasi sepanjang tujuannya meningkatkan literasi, membaca dan menulis di masyarakat.

Di sisi lain, mengamini apa yang disampaikan oleh Edi Wiyono, Siti Salmah yang merupakan Host ILPN Provinsi Riau juga berahap komunitas-komunitas lokal khususnya di Riau juag intens melakukan komunikasi dengan Perpusnas untuk menjalin kerja sama.

“Mudah-mudahan kerja sama ini tidak hanya antara Perpusnas dengan Rumah Kreatif eSCeWe, tapi juga bisa dengan rekan-rekan lainnya,” harapnya.

Terkait dengan bincang ILPN ini, Siti Salmah mengapresiasi peserta ILPN Riau yang antusias dengan kegiatan ini, apalagi didukung penuh Perpusnas Press, dia berharap juga kegiatan ini terus berlanjut, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk jadi pembicara.

“Apalagi para pembicara kita hari ini adalah orang-orang yang memang luar biasa, bisa jadi insprasi,” sebutnya.

Sementara itu narasumber pertama Rian Harahap mengulas kembali tulisannya tentang Ekonomi Kreatif Berbasis Legasi Kemelayuan dan Arus Digital.

Bicara Riau maka tentu berbicara tentang kemelayuan. Maka melayu hari ini adalah Riau yang terus membangun karakter dan jati diri masyarakatnya lewat kebudayaan yang hadir di ceruk-ceruk kampung tanpa ada batas dan membangun manusianya pula di kota-kota.

“Kesenian dan kebudayaan hari ini nyatanya masih menjadi bagian terpisah dari apa rencana panjang ekonomi kreatif. Hal tersebut dikarenakan bahwa stigma kesenian dan kebudayaan adalah sebuah kegiatan yang hanya berpengaruh pada seni seutuhnya, atau mewariskan tradisi turun-temurun.”

Maka penting sekali untuk menciptakan sebuah gerakan ekonomi kreatif dengan memanfaatkan kearifan lokal yang termaktub dalam paket kesenian dan kebudayaan itu sendiri. Ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang bisa dijadikan sebagai corong dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Ekonomi kreatif hari ini tidak hanya berfokus pada geliat ekonominya saja dari sektor kreatif. Namun, jauh lebih dalam hal ini berkaitan dengan indeks pembangunan manusia.”

Kesenian dan kebudayaan Riau harus dikembangkan lewat seni tradisi dan kearifan lokal. Betapa berharganya sebuah tradisi yang dimiliki sebuah masyarakat sehingga banyak wisatawan baik domestik maupun asing merogoh sakunya untuk menjadi saksi sebuah perhelatan kearifan lokal.

Membentuk masyarakat yang sadar dengan ekonomi kreatif memerlukan proses panjang. Ia tidak lahir dari satu atau dua tahun, atau pelatihan dalam hitungan bulan. Kolektif tersebut berangkat dari sejarah, kolektif ingatan, serta kekayaan budaya dan seni. Lantas ekonomi kreatif hari ini haruslah beranjak dari segmentasi hanya menarik minat wisatawan. Jauh di depannya masyarakat desa telah siap dengan kompleksitas teknologi dengan tidak meninggalkan kearifan lokal yang hidup dan berkembang di masyarakatnya.

Perkembangan teknologi yang semakin maju sangat berdampak pada apa yang kita rasakan hari ini dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana manusia dengan sangat mudah mengeksplorasi dan sampai ke bulan, teknologi yang dalam hitungan detik sampai di tangan kita, bahkan kini beberapa pekerjaan manusia telah dijalankan secara otomatis lewat robotic. Inilah kemajuan yang sangat pesat, perkembangan yang tak akan bisa dibendung sebab ia berkembang lebih cepat dari waktu itu sendiri. Maka perlunya adaptasi secara menyeluruh terhadap hal-hal tersebut akan membuat kita tidak berjarak pada mereka, dunia teknologi bukan hal yang harus ditolak.

“Teknologi terus berkembang secara pesat dan jika kita tidak beradaptasi dengan cepat justru kita akan menjadi masyarakat terbelakang. Mau tidak mau, suka tidak suka, mindset kita harus berubah. Dunia punya akses atas informasi kebudayaan yang kita miliki. Masyarakat dunia akan berbondong-bondong memilih Riau sebagai destinasi wisata.”

Selanjutnya, Riki Utomi dalam ulasannya membahas tentang sagu, kearifan lokalnya serta ekonomi kreatif. Sagu yang sejak lama telah dikenal sebagai ketahanan pangan bagi masyarakatnya bukan hanya menjadi sarana komoditas pangan, namun juga menjadi ikon bagi daerah Kabupaten Kepulauan Meranti sendiri yaitu dengan adanya festival-festival seni yang berkaitan dengan sagu.

“Komoditas sagu yang telah merakyat di Kabupaten Kepulauan Meranti telah banyak menjadi berbagai jenis panganan. Makanan yang diolah dari bahan sagu seperti aneka kue basah yang berasal dari tepung sagu mampu memberi nilai rasa yang patut diperhitungkan, selain itu ia juga diolah menjadi bentuk mi yang dikenal mi sagu.”

Setidaknya bukan hanya diolah menjadi makanan, namun sagu yang baru ditebang dan belum diolah menjadi tepung, dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti. Pohon sagu yang batangnya baru ditebang akan dipotong-potong beberapa bagian. Bagian batang tersebut biasanya dibiarkan terlebih dahulu sebelum di bawa petani sagu ke pabrik pengolahan. Dalam membawa batang-batang sagu itulah para petani sagu mengenakan dua bilah kayu yang terpasang di sisi kanan dan kiri untuk mendorong potongan- potongan batang sagu itu (tual-tual). Tual sagu yang didorong dengan kedua kayu yang dapat menjadi tongkat itu disebut “menggolek”. Tual-tual batang sagu itulah yang menjadi ciri khas untuk “menggelundungkan” atau “menggolek” agar batang sagu itu dapat bergerak dan berpindah.

Hingga akhirnya hal itu menjadi tradisi yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dan menarik untuk dijadikan lomba “Menggolek Batang Sagu”. Lomba yang juga seperti orang bekerja ketika menggolek batang sagu itu mampu memberikan hiburan sekaligus kesan menumbuhkan semangat bekerja karena terkandung nilai-nilai spiritualisme budaya Melayu itu sendiri.

Mengembangkan ekonomi kreatif dari hal-hal yang bersifat kearifan lokal tersebut tentu tidak semudah yang dibayangkan. Namun bukan berarti tidak dapat diupayakan. Perlunya tangan-tangan lasak dan pemikiran yang bernas untuk lebih meningkatkan pengemasan tersebut hingga nantinya akan berimbas kepada daya hidup ekonomi masyarakat yang memadai seperti yang diharapkan. Kearifan lokal yang telah tercipta tersebut perlu dipertahankan dan dibudidayakan dengan sebaik- baiknya.

Pembicara ketiga, Ridwan Syafi’i Ali bicara peluang ekonomi melalui digitalisasi Tradisi Madihin. Pada awalnya, tradisi madihin merupakan kesenian masyarakat suku banjar yang berasal dari provinsi Kalimantan Selatan. Bentuknya seperti puisi Rakyat yang menghibur, namun diciptakan secara spontan namun tetap mengandung nilai- nilai di dalamnya.

Pertunjukan madihin biasanya berlangsung selama 1-2 jam atau disesuaikan dengan kehendak pihak penyelenggara acara. Jika di Kalimantan Selatan identik dengan tabuhan rebana atau tarbang, maka para Pegiat madihin dari Indragiri Hilir memodifikasi dengan penggunaan alat musik gambus sebagai pelengkap. Tentunya selain dari isi syairnya, bunyi dari alat musik jadi daya tarik tersendiri dalam pertunjukan ini. Bahkan adakalanya dalam pertunjukan mereka memakai pakaian khas juga. Terdiri dari 1-3 orang atau beberapa orang pemadihin duduk di atas kursi, dan mereka memainkan pertunjukan Madihin secara spontan disesuaikan dengan keadaan sekitar.

Langkanya Generasi muda yang melestarikan tradisi madihin di Indragiri Hilir, membuat pertunjukan ini semakin jarang ditemui. Apalagi para Pemadihin terdahulu sudah semakin menua dan mereka juga sudah jarang tampil. Maka hal ini sangat disayangkan, mengingat kesenian ini hendaknya tetap dilestarikan. Tradisi madihin menjadi salah satu kearifan lokal yang dimiliki Indragiri Hilir karena mayoritas masyarakatnya suku banjar.

Namun, sejak kehadiran seorang konten kreator muda bernama Abu Khasmir, tradisi Madihin mulai menggeliat kembali di Indragiri Hilir. Kepiawaian Abu Khasmir dalam mempublikasikan syair madihinnya di akun sosial media yang dimilikinya membuat tradisi ini bangkit kembali. Bahkan Anak anak muda pun mulai menggandrunginya. Kehadiran Abu Khasmir seakan menjadi angin segar, yang mampu membuat tradisi ini kembali bergairah. Bahkan membawa warna baru di mana Generasi muda pun mulai jadi Pemadihin. Maka di Indragiri Hilir masih ada Abu Khasmir dan kawan-kawan yang turut melestarikan kesenian ini. Berawal dari konten – konten di media sosial, ataupun saat live di media sosial saat menampilkan kepandaiannya bermadihin, kini Abu Khasmir juga tampil secara offline di berbagai acara. Bahkan kehadiran Abu Khasmir, Pemuda usia 22 tahun ini bisa menarik minat anak muda untuk belajar tradisi madihin dan kesenian budaya lainnya. Baik itu kesenian budaya Banjar, maupun kesenian budaya suku lainnya.

Tidak dipungkiri saat ini anak muda bisa menjadi tokoh yang memberikan teladan bagi satu sama lain. Makanya semakin hari semakin banyak konten kreator yang bermunculan. Mereka hadir dengan ciri khas masing-masing dan topik pembahasan konten yang berbeda. Semakin banyak Pengikut di media sosial yang mereka miliki , maka akan semakin bagus. Kehadiran sosok Abu Khasmir di dunia permadihinan kini merubah pandangan Kaum Generasi muda. Di mana Madihin, kini tidak lagi sekedar tradisi yang identik dengan acara-acara besar saja. Tapi bisa dijadikan bahan konten untuk media sosial yang kita miliki. Bisa dibawakan kapan saja dan dimana saja. Bahkan bisa dipublikasikan secara langsung di media sosial agar tersimpan rapi, dan bisa diperlihatkan ke khalayak ramai juga.

“Kini semakin banyak anak muda yang mulai menggemari tradisi madihin. Selain bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, adakalanya madihin juga menghibur. Selain Abu Khasmir ada juga anak muda lainnya yang menghadirkan madihin dalam konten di media sosialnya. Baik youtube, tiktok, instagram atau facebooknya. Media sosial di sini sangat berperan sebagai media publikasi yang menarik.”

Banyak bentuk dari kearifan lokal yang bisa kita manfaatkan untuk kegiatan ekonomi kreatif. Apalagi bagi mereka yang jeli dalam membaca peluang di era digital saat ini. Mereka bisa memanfaatkan dari segi bahasa, kuliner, adat budaya, kesenian, permainan, nyanyian, bahkan tarian dan masih banyak lainnya.

“Pemanfaatan digitalisasi di berbagai bidang memang sangat menjanjikan. Salah satunya adalah di bidang ekonomi kreatif. Bahkan, dengan adanya digitalisasi tentunya bisa melestarikan kearifan lokal suatu daerah. Seperti konten yang menggunakan bahasa daerah, kesenian daerah atau memperkenalkan daerahnya sendiri. Dari konten-konten tersebutlah akan menghadirkan penghasilan di mana lebih sering disebut cuan.” (*)

Keranjang belanja

No products in the cart.

Return to shop

Salmah Publishing

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu