Description
Reviews (0)
Description
Category | Tanpa kategori |
---|
Penulis : Febri Romadhon
Genre : Novel Remaja
Halaman : xi + 146 hlm
Ukuiran : 14.8 x 21 cm
No. ISBN : –
Penerbit : Salmah Publishing
CINTA MENURUTKU
“Tidak Ada Satu pun Mata Pelajaran
yang Menjelaskan Khusus Tentang Cinta”
Pernah tidak kamu berpikir tentang apa itu cinta? Banyak pameo yang sering kita dengar bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Bagiku, itu semua omong kosong. Kenapa begitu? Ya memang begitu!
Tidak ada orang yang cinta akan sesuatu kalau dia tidak ingin memilikinya, percayalah orang tersebut akan berusaha untuk mendapatkan apa yang dia cintai itu.
Cinta merupakan rasa yang timbul dari dalam diri manusia akibat berfungsinya suatu zat kimia yang ada di dalam tubuh manusia. Zat itu ialah dopamin. Dopamin merupakan suatu zat yang akan bereaksi apabila manusia mulai tertarik, senang, nyaman akan suatu hal.
Cinta merupakan hal yang rumit, jika antara objek satu tidak memiliki respon terhadap objek lain, maka ia akan berada di ujung kegagalan. Karena menurutku, cinta bisa terjadi jika ada suatu kontak yang saling merespon antara satu dengan yang lainnya. Hal ini umum terjadi pada diri manusia.
Aku mencoba membuka Wikipedia dan mencari apa itu ‘cinta’. Menurut ensiklopedia online tersebut, cinta adalah suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi, selain itu cinta juga dapat diartikan sebagai aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, bisa berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Kalau aku boleh mendefenisikan secara ringkas, cinta adalah sebuah ketertarikan terhadap suatu objek di mana kita rela melakukan apapun untuk objek tersebut secara sadar. Biarku coba mengkerucutkan pembahasan tentang cinta ini. Kita akan bahas mengenai cinta yang terjadi sesama manusia, terutama kepada lawan jenis.
Cinta bisa terjadi akibat beberapa faktor. Kalau menurut Erich Pinchas Fromm dalam bukunya yang berjudul The Art of Loving, ada lima syarat untuk bisa dikatakan kita cinta terhadap seseorang. Psikolog asal Jerman itu mengatakan, lima syarat tersebut adalah perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian dan saling menghormati.
Aku sepakat akan hal ini, karena bagaimana mungkin cinta bisa timbul kalau tidak ada rasa ketertarikan kita terhadap seseorang, baik itu karena parasnya, materi yang ia punya, kemampuan ataupun keahliannya, sikap pribadinya atau apapun itu. Dan bagaimana mungkin cinta bisa timbul kalau tidak ada kontak indrawi sebelumnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kalau tanggung jawab, perhatian, dan saling menghormati itu merupakan hasil dari rasa ketertarikan, maka kontak indrawi merupakan gerbang pembukanya.
Cinta terhadap lawan jenis merupakan hal yang normal, dan itu sudah menjadi kebutuhan biologis manusia, salah satunya adalah untuk melanjutkan keturunan. Itu sudah fitrah manusia, atau sudah menjadi sifat manusia yang dibawa sejak lahir.
Kenapa aku bilang ini merupakan sifat bawaan manusia? Iya, karena kita tidak pernah diajarkan secara langsung di dalam pendidikan formal bagaimana kita dapat mencintai seseorang ataupun membuat orang cinta kepada kita. Tidak pernah! Tidak pernah diajarkan.
Tidak ada satupun mata pelajaran yang menjelaskan secara khusus bagaimana kita bisa mencintai seseorang ataupun lawan jenis. Tapi mengapa kita bisa cinta terhadap lawan jenis? Bahkan, ada ungkapan cinta pada pandangan pertama. Iya, itu muncul karena kita sudah mempunyai sifat itu sejak kita dilahirkan. Tidak ada satupun rumus matematika, fisika, kimia ataupun apalah nama pelajarannya untuk dapat membuat kita cinta terhadap lawan jenis ataupun membuat kita dicintai oleh lawan jenis.
Aku pernah berdiskusi mengenai percintaan dan fenomenanya yang ada di lingungkan umum, tentunya percintaan antara keturunan Adam dan Hawa. Temanku itu mengatakan, bahwa dalam percintaan ini ada yang namanya etik, atau etika yang harus diperhatikan untuk merebut hati seseorang atau mendapatkan cinta seseorang.
Selain itu, ia juga berpendapat bahwa di dalam percintaan yang harus diperlukan itu adalah rasa percaya diri yang kuat akan kemampuan dirinya. Maksudnya, kalau umpamanya dia mencintai seseorang, tapi orang yang dicintai itu sudah memiliki cintanya sendiri, maka ia harus mampu mencari cinta yang lain.
Dan tentunya aku tidak sependapat dengan kedua argumen temanku itu. Memang semua orang bebas menyampaikan pendapatnya di negara demokrasi ini. Tapi, setiap orang juga memiliki hak untuk menerima atau menolak pendapat tersebut, atau yang disebut dengan hak kebebasan berpikir.
Karena bagiku, cinta itu bisa timbul karena adanya rasa nyaman dan aman yang diberikan. Siapa yang bisa membantah ini? Bahkan argumen sebagus apapun tidak akan bisa membantah rasa nyaman dan aman itu. Kalaupun perlu memperhatikan etika di dalam percintaan untuk merebut hati seseorang, maka pertanyaannya, etika seperti apa yang harus diperhatikan itu?
Orang yang sedang mencoba merebut hati lawan jenisnya pastilah akan berusaha untuk dapat menciptakan kenyamanan. Kalau sudah ada rasa cinta ataupun ketertarikan terhadap lawan jenisnya, maka pastilah ia akan mencari jalan untuk merebut hatinya. Karena seperti yang aku sampaikan sebelumnya, omong kosong jika seseorang mencintai suatu objek kalau tidak ingin memilikinya. (*)
Reviews (0)
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.