Hai Maha Wai
Kepada cucu-cucu, Rida mensosialisasi diksi Wai Maha Wai… lalu, sekaligus dia menjelaskan bagaimana Maha Wai itu beroperasi dalam senyap, membenam kata-kata dalam sumur buta tak bergerigi tanpa air. Sehingga kata-kata pun kehilangan oksigen.
Description
Reviews (0)
Description
Category | Non Fiksi |
---|---|
Tag | Puisi, Rida K Liamsi |
Penulis : Rida K Liamsi
Genre : Puisi
Halaman : xxv+ 114 hlm
Ukuran : 14.8 x 21 cm
No. ISBN : ISBN: 978-623-6846-58-2
Penerbit : Salmah Publishing
Kepada cucu-cucu, Rida mensosialisasi diksi Wai Maha Wai… lalu, sekaligus dia menjelaskan bagaimana Maha Wai itu beroperasi dalam senyap, membenam kata-kata dalam sumur buta tak bergerigi tanpa air. Sehingga kata-kata pun kehilangan oksigen. Kata-kata tak bernyawa ketika berdepan dengan senyap. Jangan nyatakan perang terhadapnya. Berdamai saja. Ada masa dia berlalu bak nenek tua yang suka bergurau dengan para cucu. Sebuah anjuran lunak, hanif dan jalan tengah. Jangan menyepak dan menendang, puntak menyerah. Berdamai sajadengan HAI MAHA WAI 41 diri, dengan dunia, dengan bumi. Maha Wai mencatat “hati damai” dalam Stamboek Agung di Lauw al Mahfuzd sana: iPad Allah.
Surat panjang ini, ditulis Rida dalam semangat Angin Sentubung (sekaligus judul puisi), mengeja dan mendaras desau angin dan kerisauan dari tanah primordial (Bintan). Boleh juga desah angin dari Bumi Kenyalang; sejenis keranda, semacam “lahat” jelang kematian percakapan gunung-gunung. Bukan angin sendalu atau pun tambang ruang. Atau kah dia angin Sakal yang datang dari hadapan. Dan kita mesti cerdas memanfaatkan kehadiran angin Sakal lewat garis lintang-susur diagonal, agar jip perahu mengepak, lekas dan laju menyongsong tebing nan rimbun di seberang balik pulau.
Rida semacam upaya mempertalikan ‘akal kemalaikatan’ (sejenis antropos samawi) yang memancar dari Logos (Kekacauan, Being, Wujud, Aeterna, al Ain al Shabithah), kemudian bertransformasi dalam aksi (poeitic, ciptaan, kreatif ). Semuanya bersumbu pada keluasan samudera, laut dan rantau kalzum sebagai ruang.
Laut, samudera sebagai ruang, tak lebih dari sebuah konsep yang digunakan manusia untuk memahami dunia. Bukan sebuah entitas nyata. Ruang, etalase Tuhan membelahkan diri- Nya ke dalam jelmaan-jelmaan antar kutub. Percik efek ilahiah pada ruang laut, samudera dan selat, termasuk ruang yang bukan entitas itu adalah “penampakan Tuhan di dunia. Di sini, Rida menyapa dengan sapaan karib Wai… Maha Wai. Antara Dia yang bernama dan tak dinamai.
………..
Yusmar Yusuf, seorang fenomenolog. Budayawan Riau dengan pemikiran progresif-alternatif. Guru Besar Sosiologi dalam “Malay Studies” and “Sociology of Knowledge” FISIP Universitas Riau. Pengampu utama mata kuliah “Filsafat Ilmu Pengetahuan” (Tingkat Sarjana dan Program Doktor).
Reviews (0)
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.

Reviews
There are no reviews yet.