Puisi Aku Liris dan Imaji Iyut Fitra

Puisi Aku Liris dan Imaji Iyut Fitra

Catatan Murparsaulian

PEKANBARU (SP) – Puisi-puisi panjang Iyut Fitra dalam buku bertajuk ‘’Kepadamu Kami Bicara’’, mengusung tema realitas sosial yang terjadi saat ini. Begitu menyentuh dan mengalir. Terkadang Ia hadir dengan gaya Aku Liris, lalu kemudian tiba-tiba berubah menjadi sajak imaji. Iyut membancuhkan dua gaya ini, Aku liris dan Imaji.

Saya ambil contoh halaman 19; ‘’aku layang-layang yang terbang ke angkasamu-benangnya diulur seorang bocah yang mungkin putus sekolah. Pensil tak terbeli-baju seragam pasti mahal-sebuah kaleng susu dan mimpi yang tak sempat dipintal- di atas kotamu kulihat susunan harapan rubuh’’.

Kata aku, ditebalkan, sebagai penanda setiap awal halaman seperti pada halaman-halaman sebelumnya. Saya menerjemahkannya sebagai objek penguat. Aku, sebagai penutur yang menyaksikan realitas sosial yang kumuh, ketidakmampuan masyarakat di tengah kemiskinan dan kesemrawutan yang ada. Kritik terus dihujahkan kepada para penguasa yang sibuk pada acara seremoni, panggung politik yang mengumbar janji semu. Sementara para penyair dilukiskan menulis puisi di antara tumpukan sampah, mengais-ngais kata di kota yang sudah tak berbudaya. Inilah gambaran realitas sosial di negeri ini saat ini. Iyut Fitra menerjemahkannya dalam puisi yang membuat dada sebak membacanya.

Aku liris yang dihadirkan Iyut Fitra mengekspresikan emosi atau perasaan personalnya. Seperti puisi di atas disajikan dengan molek dan tertata, sehingga membuat pembaca mampu memahami dengan terang apa yang hendak Ia sampaikan dalam puisinya itu.

Lihat lagi puisi pada halaman 39 yang dikutip seperti di bawah ini:
sulit untuk bermimpi di negeri ini. biarlah kujalani saja hari-hari
aku hanya terompah jepang yang tak punya uang
bukankah cita-cita harus dibeli?
lalu kuceritakan berapa biaya yang harus disiapkan untuk membeli dasi atau kursi
berapa amplop, berapa meja sogok demi sogok dilalui
kau seolah tidak berterima. Matamu nyala dan mengepalkan tangan
seakan-akan suatu saat kau akan merebutnya

Memang tantangan bagi penyair untuk menggunakan gaya Aku Liris ini, jika tidak cermat mengamati dan mencatat perasaan sendiri dari peristiwa di dekatnya, akan tergelincir ke dalam puisi-puisi gelap. Artinya Ia akan kehilangan kontak dengan pembacanya. Sapardi Djoko Damono pernah mengatakan sajak yang ditulis tidak berkesan di hati pembacanya, bahkan tidak sampai habis dibaca karena penyair itu terperangkap dalam perasaannya sendiri dan tidak mampu menerjemahkannya dalam kata-kata yang bisa ditangkap oleh pembacanya secara baik. Itulah yang dinamakan puisi gelap.

Pada puisi lain, bertolak belakang dengan Aku liris, Iyut fitra tiba-tiba tampil dengan gaja imaji. Bagaimana Ia menggambarkan sebuah keadaan dengan mendedahkan gambaran atau imaji kepada pembacanya. Gambar itu disuguhkan langsung dengan bahasa yang lugas, tanpa bahasa figurative. Puisi yang ditulis seperti gaya prosa. Berkisah tentang realitas yang ada. Membuat adrenalin kita terpancing dan hati tersentuh membacanya. Setelah membaca puisi itu kita dibawa merenung dan bergumam, ‘’ Ya, itu memang nyata’’.

Mari kita simak halaman 23 seperti kutipan berikut ini; Pada suatu siang, angin dari barat, matahari dan udara sepakat bercerah-cerah di halaman sebuah rumah mantan pejuang, tiang bendera bernyanyi berkibarlah benderaku, lambang suci gagah perwira…..//Khidmat dan khusuk. tegak dan gagah tapi kemudian ia mengulai. Betung sepanjang empat meter itu mulai bungkuk nyaris lapuk//semenjak pertama dikabarkan. Mereka jarang berpisah//kucinta engkau sebagaimana bekas pejuang itu mencintai medan-medan kematian//kelak bila badai bergelombang lain, rerak ruas-ruasku, tetaplah melambai hamparan cakrawala// bumi hijau berpulau-pulau// mimpi para pejuang tua jauhkan dari terbengkalai//

Pada bait di atas kita melihat sebuah sindiran tentang seorang pejuang kemerdekaan yang ‘’terbiar’’ oleh zaman. Namun walaupun begitu, pejuang itu tetap dengan kecintaannya terhadap bangsa ini, walaupun bangsa ini belum tahu mencintainya seperti cintanya pada bangsa ini.

Imajisme, adalah sebuah aliran puisi yang berkembang di Amerika Serikat dan Inggris antara tahun 1909 sampai 1917. Aliran ini dipimpin oleh penyair Amerika Ezra Pound, dan selanjutnya, oleh Amy Lowell. Penyair-penyair imajis lainnya diantaranya penyair Inggris D.H Lawrence dan Richard Aldington, serta penyair Amerika John Gould Fletcher dan Hilda Doolittle. Saya melihat puisi-puisi Iyut Fitra dalam buku ini menempatkan imaji-imaji sebagai sandaran utama. Imaji-imaji yang tajam dihadirkan dengan menekankan pada ketepatan diksi, kebebasan memilih subjek dan bentuknya, penggunaan kata sehari-hari yang bebas. Ia memberikan perangkat-perangkat asonansi dan aliterasi untuk memberikan struktur pada puisi-puisinya.

Membaca puisi-puisi Iyut dalam buku ini kita dibawa berimajinasi. Baik itu tentang sebuah peristiwa, suasana, ataupun keadaan sekitar. Seperti kutipan puisi pada halaman 53 berikut ini:

ia mencoba mengingat-ingat kembali perjalanan
air terjun bertingkat-tingkat di sebuah lembah hijau,
rumah adat dengan segala mitos dan peninggalan,
jalan raya yang rapi, trotoar dengan bangku-bangku taman, Gedung-gedung megah
…….

Membaca puisi di atas, kita seakan-akan dibawa untuk berimajinasi tentang suasana di atas. Kita seakan bisa membayangkan sebuah perjalanan dengan air terjun yang bertingkat, rumah adat, jalan raya yang rapi dan seterusnya. Di sinilah kekuatan penulis dalam memilih diksi, tepat dan mengalir sesuai tema yang diusung.

Secara keseluruhan bisa dilihat buku kumpulan puisi ‘’Kepadamu kami bicara’’ ini adalah sebuah pesan penyair yang ingin disampaikan kepada penguasa tentang nasib kaum yang terpinggirkan, rakyat yang masih belum mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dan puisi yang belum dihargai, walaupun dia hadir dengan hati. Mengutip bait puisi terakhirnya:

kami adalah puisi-puisi yang tak pernah diberi arti
meski kami datang dengan hati. (*)

Keranjang belanja

No products in the cart.

Return to shop

Salmah Publishing

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu