Puisi I Hening Wicara I Balon-Balon

BALON PUTIH
Oleh: Hening Wicara

di antara sekian banyak balon
yang pernah singgah di balkon
kaulah balon paling unik
sekaligus paling menarik
dengan cerita paling klasik

kau datang di tengah riuh belia
suguhkan secawan asa
untuk kutelan seusai karantina
kala itu, akalku tak sanggup mencerna
perihal cawanmu yang terlalu sempurna

maka kubiarkan kau mendekap harap
menanti jawab tak kunjung lengkap
dan sengaja kucipta jarak
hindari aneka tanya menyeruak
dari dinding pikiranmu yang sesak
oleh sikapku yang kanak-kanak

bertahun ke depan, kudengar kabar
kau pergi belajar sekaligus mohon restu
pada guru yang menambah kesholehanmu
dan lewat sang guru kau serahkan secawan asa itu
kepada siapa pun yang sudi menerimamu
 
ah, wanita bahagia itu
lima belas tahun lebih tua
ia seorang ahli ternama
sungguh, caramu yang awalnya kuanggap mirip kisah siti nurbaya
berujung seperti risalah nabi sang baginda
 
kala bila saat di dalam pesawat
tak sengaja kulihat
sosokmu pada suatu majalah
ah, pasangan setia, kau dan dia
duh, mengapa air mataku tumpah
membingkai wajahku yang malu merah
membayangkan sikapku di masa lalu
sikap yang mengabadikan sesal di kalbu
 
saat itu dan seterusnya
kau di benakku sering hadir
kadang aku berkhayal merubah takdir
menjadikannya indah tanpa getir
meski air mataku deras mengalir

kupanjatkan doa-doa
melepasmu menuju Sang Maha Cinta
 
Pekanbaru, Juli 2022

BALON BIRU
Oleh: Hening Wicara

semesta tak jemu
mengantarmu ke balkonku
dalam rentang panjang waktu
dalam bentang kisah yang satu

tentu semesta tahu
kau telah melafalkan aku
di setiap deru napasmu
sebagai bagian terbesar dari udara,
sebagaimana di napasku kau tereja
hela demi hela dengan sempurna

semesta juga tak pernah alpa
mendukung segenap upaya
yang kau dan aku tekuni bersama
dari masa ke masa
dari lintang dan bujur berbeda

pada akhirnya 
kau dan aku harus terima
bahwa di garis tanganmu
tak kunjung tergurat namaku
begitu pula di garis tanganku
tak jua tertulis namamu

hingga, sampai saat ini
kita hanya menjadi
sepasang doa yang saling meliputi

Pekanbaru, Juli 2022 

BALON HIJAU
Oleh: Hening Wicara

mengaksarakanmu
kepalaku terasa berketombe dan berkutu
gatalnya bukan main
barangkali seperti gatal sikapmu
terhadap perempuan-perempuan lain

tanganku pun terasa mulai gemetar
seperti saat petir besar pertama kali menyambar
ketika bahtera sedang tenang berlayar

menulis tentangmu ternyata
aku tak sanggup memilih kata
maka, biarkan aku bergumam belaka

: hai balon hijau
kau telah berhasil membuat balkonku sangat kacau
namun, perlu kau ingat
balonku tidak tinggal empat
pun kau tak perlu kupegang erat-erat

Pekanbaru, Juli 2022 

Hening Wicara, lahir di Rantau Berangin, Kampar, setengah abad lalu. Bergeliat di dunia literasi sejak SD, melalui lomba bidang studi mengarang tingkat kabupaten Kampar dan propinsi Riau. Namun baru kembali aktif setelah bergabung di FLP Riau thn 2010. Telah menerbitkan 2 buku kumpulan puisi: Tentang Kita, Embun, dan Cinta (2014), dan Pelangi Langit Perth (2020). Saat ini saat menyiapkan 2 buku berikutnya, yaitu: Pukau Petuah dan Balon-Balon di Balkon. Aktif berguru puisi di Asqa Imagination School (AIS). IG: @heningwicara

Keranjang belanja

No products in the cart.

Return to shop

Salmah Publishing

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu