Rumah Creative SCW Gelar Diskusi Sastra dan Sejarah dalam Menjaga Ingatan Kolektif

PEKANBARU (SP) – Sabtu (14/12) bertempat di Perpustakaan Wilayah Soeman Hs Provinsi Riau Rumah Creative SCW gelar diskusi berkenaan dengan Sastra dan Sejarah dalam Menjaga Ingatan Kolektif yang menghadirkan seorang penulis sejarah dan sastra Budi Hutasuhut. Kegiatan ini merupakan kegiatan penutup akhir tahun yang berkaitan dengan sastra. Rumah Creative SCW menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari cara mereka kembali mendekatkan sastra pada masyarakat umum.

Budi Hutasuhut yang merupakan penulis asal Sumatera Utara atau berdomisili di Padangsidempuan mengupas banyak hal pada pertemuan ini. Ia membuka ruang berpikir audiens yang memenuhi kursi ruang multimedia lantai gedung pustaka wilayah tersebut. Mereka yang hadir terdiri dari mahasiswa PBSI UIN Suska Riau, mahasiswa PBSI UIR, pelajar MTs Tahfidz Cendikia serta beberapa tokoh yang tunak hadir dalam diskusi-diskusi serupa. Adapun beberapa tokoh yang tampak intens mengikuti diskusi antara lain, Bambang Kariyawan, Wilda, Puan Seruni, Andreas Mazland, WS Jambak, Joni Hendri, Siska Armiza dan masih banyak lainnya.

Budi menjabarkan bahwa hari ini karya sastra kita Sejarah dalam karya sastra kita di Indonesia adalah sejarah yang imajiner. Kita hidup di Indonesia, menjadi wargabangsa yang bebas dan merdeka, tetapi menulis tentang sejarah seperti orang India yang emigrant menulis tentang India. Kita terlalu banyak mengkhayal tentang sejarah sendiri. Itu disebabkan, konsep sejarah kita tidak jelas, dan ketidakjelasan itu dampak dari ketidakjelasan konsep-konsep lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita tak akan pernah melupakan Salman Rushdie, penulis novel Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verse) yang membuat Ayatollah Khoimenie mengeluarkan sayembara penangkapan atas diri Rushdie. Rushdie mengatakan, para penulis yang ada di posisinya, baik yang diasingkan atau emigran atau ekspatriat, dihantui keinginan untuk menoleh ke belakang, bahkan dengan risiko bermutasi menjadi pilar garam. Namun, jika menoleh ke belakang, mereka harus melakukannya dengan pengetahuan – yang menimbulkan ketidakpastian yang mendalam –bahwa keterasingan fisik dari India hampir pasti berarti bahwa hal itu tidak akan mampu merebut kembali hal yang telah hilang: bahwa mereka akan menciptakan fiksi, bukan kota atau desa yang sebenarnya, tetapi yang tak terlihat, tanah air imajiner, India dalam pikiran.

Sejarah kita dirumuskan berdasarkan pada konsep kebudayaan nasional, yang merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah, atau dalam pengertian hari ini berdasarkan UU tentang pemajuan kebudayaan adalah pokok-pokok kebudayaan daerah. Apa yang pokok dari kebudayaan daerah kita? Tidak lain hanyalah kebudayaan yang ditafsirkan sebagai milik kita setelah daerah tempat tinggal kita menjadi provinsi atau kabupaten/kota. Bagi sastrawan kita, sejarah dan penulisan sejarah, dipahamkan secara umum dan global: yakni tentang “sejarah tergantung kepada siapa yang menulis”.

Diskusi ini juga disambut dengan baik oleh Perpustakaan Wilayah Soeman Hs yang diwakili Delviana. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini perlu dilakukan secara reguler untuk meningkatkan dunia literasi di Riau dengan mengundang berbagai narasumber baik lokal maupun nasional.

Selain itu, Siti Salmah yang merupakan pimpinan SCW mengamini hal tersebut. Siti menyampaikan jika banyak ilmu yang sebenarnya bisa kita ambil dari sastrawan yang sering lalu lalang di Pekanbaru, namun sayang waktunya banyak yang tidak pas. Kebetulan Budi Hutasuhut mau dan siap membagikan ilmunya kepada kita hari ini. Siti juga menyebutkan Salmah Publishing juga ikut andil dalam cetak buku Festival Sastra Sanusi Pane yang digagas oleh Budi Hutasuhut dan teman-teman di Padangsidempuan.

Kegiatan ini dibuka Awa sebagai pewara dan dilanjutkan oleh moderator oleh Rian Harahap yang merupakan ketua komite sastra dewan kesenian Kota Pekanbaru. Kegiatan ini diselingi oleh pembacaan puisi oleh Danil serta Siswa Mts Tahfiz Cendikia. Kegiatan ini juga didukung oleh Jaringan Teater Riau, Komunitas Jejak Langkah, Sanggar Bahuwarna. (*)

Keranjang belanja

No products in the cart.

Return to shop

Salmah Publishing

Selamat datang di Toko Kami. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Saya bantu