Tempat Pulang Sesungguhnya

Penulis: Fitrisma Rais, Dkk
Jumlah Halaman viii + 102 hlm
Ukuran: 14.8 x 21 cm
ISBN: –
Harga
TERIK
Terik jatuh di bawah tiang bendera madrasah
Dedaunan meranggas, rerumputan menguning
Lenguh tekukur di ujung dahan, umpama rapsodi penyanyat hati.
Nak, musim kini memang tak lazim.
Gumpalan awan putih berarak tempo hari, rupanya berubah pekat, entah tersebab apa.
Harap pula ‘kan jadi hujan, rupanya siang berdengkang.
Kita tak boleh patah, Nak
Kita adalah sekumpulan pokok yang menaungi madrasah.
Kokohkan akar, cengkeram air yang mengaliri bawah tanah
Jika tak ada deras yang jatuh, maka mata air yang ‘kan kita pancarkan.
FR
28 Ramadhan 1445H
08042024
Pertiwiku Menangis
Karya Agpu Winda Rahman
Ku lihat raut wajahmu
Sedang sedih menahan perih di hati
Matamu berkaca seolah takut menyakitiku
Pertiwiku kenapa engkau
Apakah marah
Apakah sakit
Apakah tak tega
Kenapa mata mu berkaca
Palu mu cukup bergetar di raga anak-anakmu
Derai air matamu sudah tenggelam bumi tercinta mu
Pertiwiku apakah engkau tidak kasihan dengan anak-anak mu
Sudah menderita karena kesedihan mu
Apakah, apakah, apakah
Anak-anak mu sudah melukaimu?
Pertiwiku usailah tangisanmu
Anak-anak mu gusar akan kepedihan mu
Gejolak
Della Montia
Walau duniaku
Tak selebar yang dulu
Semua gerak tubuh ini
Hanya di kekang keadaan
Walau tubuh ini
Tak bisa melangkah jauh
Tapi
Deyut nadi
Tak pernah berhenti mengeluarkan gejolak
Gejolak haus akan berbagai hal di luar sana
Gejolak akan mendengar ribuan ambisi yang mengebu-gebu
Agar langkah ini semakin jauh di lihat dunia
Melalui karya dan kreativitas yang di punya
Kukembangkan sayap ini untuk berkopetensi
Untuk berkiprah walau dengan keterbatasan keadaan
Agar dunia tau bagaimana mudahnya
Dia bisa ditaklukkan
Dengan kecerdasan dan petualangan
Walau
Gerak tubuh ini di kekang
Namun ambisi ini berkelana
Untuk segera menyelamatkan bangsaku
Wahai dunia ku
Dirimu mungkin merasakan
Bagaimana merontanya kami
Ingin membebaskan mu
Ingin melihatkan kepada bumi
Bagaimana kami berusaha untuk mu
Melihatkan bahwa imaji ini begitu sempurna
Begitu indah untuk mu
Tenanglah negeriku kepak sayap kami akan selalu ada untukmu
Terima Kasih Guruku
Adi Habib Rusdianto
Hatimu terbuat dari apa
Aku masih bertanya sabar dan penuh senyum itu ciri khasmu
Tak pernah engkau lelah mengajari kami
Tentang betapa luasnya dunia ini
Lelahmu tak pernah terlihat
Hanya senyum dan semangatmu yang membara
Itu yang kami lihat
Saat ini tak ada kata yang bisa ku ucapkan
Selain terima kasih karena jasa, dan pengorbananmu
Sehingga aku sudah sampai di akhir pada tingkatan ini