Termasuk Riau, 20 Buku Hasil Karya Penulis Inkubator Literasi Diluncurkan
JAKARTA (SP) – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) meluncurkan sebanyak 20 buku yang merupakan hasil karya program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) 2023.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perpusnas E. Aminudin Azis menggambarkan inkubator ini sebagai sebuah wahana pendampingan bagi masyarakat yang baru memulai perjalanan literasi, baik sebagai penulis maupun pegiat literasi.
“Inkubator literasi adalah sebuah wahana di mana kita melakukan pendampingan bagi mereka yang belum menetas mau jadi ahli literasi, mau jadi penulis, atau menjadi pendamping kegiatan literasi. Bagaimana cara memberikan dorongan kepada masyarakat yang mau bergerak dalam bidang literasi, pokoknya apapun yang terkait dengan literasi itu adanya di sini,” ungkapnya Peluncuran Buku Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) yang dirangkaikan dengan Gelar Wicara Penguatan Ekosistem Penulisan di Daerah dengan tema Kearifan Lokal untuk Warisan Masa Depan yang diselenggarakan secara hibrida pada Kamis (30/5/2024).
Plt. Kepala Perpusnas mengatakan pentingnya konsistensi antara niat, pemikiran, dan tindakan dalam menjalankan program ini. Selain itu, kualitas dari karya-karya yang dihasilkan perlu diperhatikan dengan peninjauan yang cermat terhadap hasilnya untuk memastikan bahwa karya tersebut tidak menyesatkan.
“Pertanggungjawaban bukan hanya selesai saat kegiatan selesai, tetapi juga terhadap martabat buku ini. Buku ini harus memiliki kualitas yang baik karena akan dilihat sebagai cerminan dari proses panjang yang telah dilalui,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Plt. Kepala Perpusnas menyampaikan program ILPN perlu menjaga koherensi dan ragam dalam isi buku yang dihasilkan. Dia menekankan bahwa buku-buku tersebut tidak hanya berisi laporan atau reportase, tetapi juga harus menawarkan pemikiran baru yang mendalam. Terutama berkaitan dengan tema kearifan lokal yang diangkat dalam buku terbaru ini.
“Saya melihat ini sebagai sebuah perluasan makna dari kata inkubator. Tidak hanya mewadahi orang-orang yang baru menetas, tetapi juga menangkap gagasan-gagasan baru yang lebih mendalam,” jelasnya.
Dia juga mengingatkan pendampingan tidak boleh berhenti setelah buku diterbitkan, tetapi harus terus dilakukan secara keberlanjutan untuk memastikan bahwa para penulis terus berkembang.
“Pendampingan itu harus berkelanjutan. Jangan sampai mereka yang sudah ikut program ini dibiarkan begitu saja setelah bukunya terbit. Kita harus menjamin keberlanjutannya agar program ini tidak layu sebelum berkembang,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam Gelar Wicara Penguatan Ekosistem Penulisan di Daerah, Sekretaris Utama (Sestama) Perpusnas Joko Santoso menyampaikan ILPN merupakan terobosan penting dalam mengatasi persoalan kebutuhan dan ketersebaran bahan bacaan.
Dia mengungkapkan bahwa berdasarkan riset Perpusnas tahun lalu, ketercukupan koleksi bahan perpustakaan hanya mencapai 32,03%. “Artinya, satu bahan bacaan harus ditunggu oleh lebih dari 32 orang. Kekurangannya hampir 70% jika kita menggunakan standar IFLA,” ungkapnya.
Sestama mengatakan ada dua kemungkinan utama kebutuhan bahan bacaan belum tercukupi. Diantaranya, kurangnya produksi bahan bacaan dan masalah distribusi. Perpusnas mendistribusikan 10 juta buku ke perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
“Kami tidak hanya memberikan bantuan buku, tetapi juga mengadakan pelatihan bagi pengelola perpustakaan desa dan TBM agar buku-buku tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal,” katanya.
Program ini juga melibatkan kegiatan yang mendorong minat baca sejak dini, terutama untuk anak-anak PAUD dan SD. “Kami berharap dengan adanya buku-buku bermutu, generasi muda dapat tumbuh dengan semangat membaca dan mencintai literasi sejak dini,” terangnya.
Penulis dan Pegiat Literasi Maman Suherman menyampaikan harapannya agar program ini dapat menjadi Langkah awal dalam legalisasi dan pengakuan yang lebih baik terhadap karya penulis daerah. “Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang penulisan. Kita butuh lebih banyak penulis dan buku yang beragam untuk mencerminkan kekayaan budaya kita,” ujar Pria yang akrab disapa Kang Maman.
Kang Maman mengatakan pendokumentasian kearifan lokal dalam bentuk tulisan perlu dilakukan. Menurutnya, penulis lokal harus didorong untuk menggali dan menulis tentang kebudayaan di daerahnya.
“Dengan program inkubator ini, kita mendorong orang-orang di daerah untuk menggali kebudayaannya. Hal ini sangat penting agar budaya kita tidak hanya dikenal melalui tulisan orang asing,” lanjutnya.
Dia juga berharap agar buku-buku hasil program inkubator ini dapat dicetak dan didistribusikan secara luas, tidak hanya menjadi koleksi perpustakaan tetapi juga dibaca oleh masyarakat.
“Kami berharap buku-buku ini bisa sampai ke perpustakaan-perpustakaan bergengsi di seluruh dunia dan menjadi bagian dari upaya kita untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke kancah internasional,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Pendiri dan Presiden Rumah Produktif Indonesia Yanuardi Syukur. Dia mengatakan buku-buku hasil karya penulis daerah perlu diterjemahkan ke bahasa Inggris dan dipamerkan di acara internasional seperti Frankfurt Book Fair.
“Ini akan membantu mengenalkan budaya dan kearifan lokal kita kepada dunia,” katanya.
Dia menjelaskan dalam penulisan, observasi dan riset penting dilakukan sebagai dasar. “Menulis harus dimulai dari observasi dan pengumpulan referensi yang mendalam. Dengan begitu, kita bisa menghasilkan karya yang kaya akan informasi dan nilai sejarah,” ungkapnya.
Sedangkan, Kolaborator Inkubator Literasi Provinsi Riau, Pendiri Rumah Kreatif eSCeWe Siti Salmah menjelaskan bahwa program ILPN telah memberikan warna baru bagi dunia literasi di Riau. Karena kegiatan literasi sebelumnya lebih banyak fokus pada kegiatan perlombaan.
“Sebelumnya, kegiatan literasi lebih banyak berbentuk perlombaan. Namun, inkubator literasi ini berbeda karena melibatkan proses kurasi naskah, workshop, dan pembinaan berkelanjutan,” ujar Siti.
Menurutnya, pembinaan yang intensif inilah yang menjadi pembeda utama dari kegiatan literasi lain. Hingga saat ini, pembinaan dan diskusi terkait literasi masih berlangsung aktif, meskipun program resmi sudah selesai
“Beberapa peserta dari Riau yang terlibat dalam program ini terus aktif menulis, baik prosa, puisi, maupun pantun. Bahkan, ada yang sudah menjadi juri dan pembicara dalam berbagai acara literasi,” ungkapnya.
Siti menyampaikan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk melibatkan pustakawan dalam inkubator literasi. Hal ini agar para pustakawan tidak merasa bingung dalam menulis karya untuk kenaikan pangkat atau kebutuhan lainnya.
“Saya berharap agar program di masa mendatang lebih fokus pada pustakawan, agar mereka bisa menjadi tenaga pengajar yang terampil dalam literasi dan dapat memberikan pendampingan di sekolah-sekolah,” harapnya.
IPLN merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Sub Kelompok Penerbitan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) melalui Perpusnas Press. Di tahun 2024, penyelenggaraan ILPN akan dilaksanakan di 10 lokus. Diantaranya, Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Banten, Blitar, Sulawesi Utara, Maluku, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Pengurus Forum TBM.
Berikut 20 judul buku hasil karya program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) 2023:
1. Maambun Pupur Kearifan Banjar Bakula, Kisah-Kisah yang Belum Dijumput dari karya dari penulis ILPN Kalimantan Selatan.
2. Kearifan Budaya Masyarakat Jawa Barat karya dari para penulis ILPN Jawa Barat.
3. Gorontalo Merajut Tradisi dan Menyulam Kearifan hasil karya penulis ILPN Gorontalo.
4. Merawat Ingatan Leluhur: Kearifan Lokal dari Tanah Lombok karya dari penulis ILPN Lombok.
5. Kaulinan karya penulis ILPN Ciamis.
6. Jejak Pena Negeri Seribu Megalit hasil karya penulis Sulawesi Tengah.
7. Membangun Lampung dengan Kearifan Lokal karya penulis ILPN Lampung.
8. Eksplorasi Kearifan Lokal: Cerita, Budaya, dan Wisata di Balikpapan hasil karya penulis ILPN Balikpapan.
9. Pulung Wahyu Mataram di Gunung Kidul karya penulis ILPN Gunung Kidul.
10. Menggali Potensi Wonogiri, Menguatkan Jatidiri hasil karya penulis ILPN Wonogiri.
11. Syair Gurindam Syiar Literasi Indonesia karya penulis ILPN Tanjung Pinang.
12. Ketika Luwu Tanpa Titik dari hasil karya penulis ILPN RBA Sulawesi Selatan.
13. Bakaroh hasil karya penulis ILPN Riau.
14. Jejak Semar di Karang Pletak karya penulis ILPN Mojokerto.
15. Jejak Maluku Utara untuk Indonesia hasil karya penulis ILPN Maluku Utara.
16. Menyemai Tradisi Bumi Mageti karya penulis ILPN Magetan.
17. Dari Humbang Hasundutan Untuk Indonesia karya penulis ILPN Humbang Hasundutan.
18. Ragam Etnik di Bumi Tapanuli hasil karya penulis ILPN Sibolga.
19. Pangan Lokal Alternatif di Sekarkijang karya penulis ILPN BI Jember.
20. Budaya dan Kearifan Lokal Bangka Selatan hasil karya penulis ILPN Bangka Selatan. (*)
Sumber: Perpusnas RI